Beliau adalah hadiah terbesar bagi Muslimin di abad ini. Khodimul
Ma’had Darul Musthofa dan Dar Azzahra, Tarim, Hadhramaut, Yaman. Beliau
telah mempunyai murid yang telah tersebar hingga ke seluruh penjuru
dunia termasuk di Indonesia. Metode beliau dalam tarbiyah adalah
Mendalami Ilmu, Mensucikan Hati dan Dakwah Ilallah.
Al-Imam Al-’Arifbillah Al-Musnid Al-Hafidz Al-Mufassir Al-Habib Umar bin Muhammad bin Hafidz. Beliau adalah Al-Habib ‘Umar putera dari Muhammad putera dari Salim putera dari Hafidz putera dari Abdallah putera dari Abi Bakr putera dari‘Aidrous putera dari Al-Hussain putera dari Al-Syaikh Abi Bakr putera dari Salim putera dari ‘Abdallah putera dari ‘Abdarrahman putera dari ‘Abdallah putera dari Al-Syaikh ‘Abdarrahman Assaqof putera dari Muhammad Maula Al-Daweela putera dari ‘Ali putera dari ‘Alawi putera dari Al-Faqih Al-Muqaddam Muhammad putera dari ‘Ali putera dari Muhammad Sahib Al-Mirbat putera dari ‘Ali Khali‘ Qasam putera dari ‘Alawi putera dari Muhammad putera dari ‘Alawi putera dari ‘Ubaidallah putera dari Al-Imam Al-Muhajir Ilallah Ahmad putera dari ‘Isa putera dari Muhammad putera dari ‘Ali Al-‘Uraidi putera dari Ja’far Asshadiq putera dari Muhammad Al-Baqir putera dari ‘Ali Zainal ‘Abidin putera dari Hussain sang cucu laki-laki, putera dari pasangan ‘Ali putera dari Abu Talib dan Fatimah Azzahra puteri dari Rasul Muhammad SAW.
<
Beliau terlahir di Tarim, Hadramaut, salah satu kota tertua di Yaman yang menjadi sangat terkenal di seluruh dunia dengan berlimpahnya para ilmuwan dan para alim ulama yang dihasilkan kota ini selama berabad-abad. Beliau dibesarkan di dalam keluarga yang memiliki tradisi keilmuan Islam dan kejujuran moral dengan ayahnya yang adalah seorang pejuang martir yang terkenal, Sang Intelektual, Sang Da’i Besar, Muhammad bin Salim bin Hafiz bin Syaikh Abu Bakr bin Salim. Ayahnya adalah salah seorang ulama intelektual Islam yang mengabdikan hidup mereka demi penyebaran agama Islam dan pengajaran Hukum Suci serta aturan-aturan mulia dalam Islam. Beliau secara tragis diculik oleh kelompok komunis dan diperkirakan telah meninggal, semoga Allah mengampuni dosa-dosanya. Demikian pula kedua kakek beliau, Al-Habib Salim bin Hafiz dan Al-Habib Hafiz bin Abdallah yang merupakan para intelektual Islam yang sangat dihormati kaum ulama dan intelektual Muslim pada masanya. Allah seakan menyiapkan kondisi-kondisi yang sesuai bagi al-Habib ‘Umar dalam hal hubungannya dengan para intelektual muslim disekitarnya serta kemuliaan yang muncul dari keluarganya sendiri dan dari lingkungan serta masyarakat dimana ia dibesarkan.
Al-Imam Al-’Arifbillah Al-Musnid Al-Hafidz Al-Mufassir Al-Habib Umar bin Muhammad bin Hafidz. Beliau adalah Al-Habib ‘Umar putera dari Muhammad putera dari Salim putera dari Hafidz putera dari Abdallah putera dari Abi Bakr putera dari‘Aidrous putera dari Al-Hussain putera dari Al-Syaikh Abi Bakr putera dari Salim putera dari ‘Abdallah putera dari ‘Abdarrahman putera dari ‘Abdallah putera dari Al-Syaikh ‘Abdarrahman Assaqof putera dari Muhammad Maula Al-Daweela putera dari ‘Ali putera dari ‘Alawi putera dari Al-Faqih Al-Muqaddam Muhammad putera dari ‘Ali putera dari Muhammad Sahib Al-Mirbat putera dari ‘Ali Khali‘ Qasam putera dari ‘Alawi putera dari Muhammad putera dari ‘Alawi putera dari ‘Ubaidallah putera dari Al-Imam Al-Muhajir Ilallah Ahmad putera dari ‘Isa putera dari Muhammad putera dari ‘Ali Al-‘Uraidi putera dari Ja’far Asshadiq putera dari Muhammad Al-Baqir putera dari ‘Ali Zainal ‘Abidin putera dari Hussain sang cucu laki-laki, putera dari pasangan ‘Ali putera dari Abu Talib dan Fatimah Azzahra puteri dari Rasul Muhammad SAW.
<
Beliau terlahir di Tarim, Hadramaut, salah satu kota tertua di Yaman yang menjadi sangat terkenal di seluruh dunia dengan berlimpahnya para ilmuwan dan para alim ulama yang dihasilkan kota ini selama berabad-abad. Beliau dibesarkan di dalam keluarga yang memiliki tradisi keilmuan Islam dan kejujuran moral dengan ayahnya yang adalah seorang pejuang martir yang terkenal, Sang Intelektual, Sang Da’i Besar, Muhammad bin Salim bin Hafiz bin Syaikh Abu Bakr bin Salim. Ayahnya adalah salah seorang ulama intelektual Islam yang mengabdikan hidup mereka demi penyebaran agama Islam dan pengajaran Hukum Suci serta aturan-aturan mulia dalam Islam. Beliau secara tragis diculik oleh kelompok komunis dan diperkirakan telah meninggal, semoga Allah mengampuni dosa-dosanya. Demikian pula kedua kakek beliau, Al-Habib Salim bin Hafiz dan Al-Habib Hafiz bin Abdallah yang merupakan para intelektual Islam yang sangat dihormati kaum ulama dan intelektual Muslim pada masanya. Allah seakan menyiapkan kondisi-kondisi yang sesuai bagi al-Habib ‘Umar dalam hal hubungannya dengan para intelektual muslim disekitarnya serta kemuliaan yang muncul dari keluarganya sendiri dan dari lingkungan serta masyarakat dimana ia dibesarkan.
Beliau telah mampu menghafal Al Qur’an pada usia yang sangat muda dan
ia juga menghafal berbagai teks inti dalam fiqh, hadith, Bahasa Arab
dan berbagai ilmu-ilmu keagamaan yang membuatnya termasuk dalam
lingkaran keilmuan yang dipegang teguh oleh begitu banyaknya ulama-ulama
tradisional seperti Muhammad bin ‘Alawi bin Shihab dan Syaikh Fadl Baa
Fadl serta para ulama lain yang mengajar di Ribat, Tarim yang terkenal
itu. Maka beliau pun mempelajari berbagai ilmu termasuk ilmu-ilmu
spiritual keagamaan dari ayahnya yang meninggal syahid, Al-Habib
Muhammad bin Salim, yang darinya didapatkan cinta dan perhatiannya yang
mendalam pada da’wah dan bimbingan atau tuntunan keagamaan dengan cara
Allah s.w.t. Ayahnya begitu memperhatikan sang ‘Umar kecil yang selalu
berada di sisi ayahnya di dalam lingkaran ilmu dan dhikr.
Namun secara tragis, ketika Al-Habib ‘Umar sedang menemani ayahnya
untuk sholat Jum‘ah, ayahnya diculik oleh golongan komunis, dan sang
‘Umar kecil sendirian pulang ke rumahnya dengan masih membawa syal milik
ayahnya, dan sejak saat itu ayahnya tidak pernah terlihat lagi. Ini
menyebabkan ‘Umar muda menganggap bahwa tanggung jawab untuk meneruskan
pekerjaan yang dilakukan ayahnya dalam bidang Da‘wah sama seperti
seakan-akan syal sang ayah menjadi bendera yang diberikan padanya di
masa kecil sebelum beliau mati syahid. Sejak itu, dengan sang bendera
dikibarkannya tinggi-tinggi, ia memulai, secara bersemangat, perjalanan
penuh perjuangan, mengumpulkan orang-orang, membentuk Majelis-majelis
dan da’wah.
Perjuangan
dan usahanya yang keras demi melanjutkan pekerjaan ayahnya mulai
membuahkan hasil. Kelas-kelas mulai dibuka bagi anak muda maupun orang
tua di mesjid-mesjid setempat dimana ditawarkan berbagai kesempatan
untuk menghafal Al Qur’an dan untuk belajar ilmu-ilmu tradisional.
Ia sesungguhnya telah benar-benar memahami Kitab Suci sehingga ia
telah diberikan sesuatu yang khusus dari Allah meskipun usianya masih
muda. Namun hal ini mulai mengakibatkan kekhawatiran akan keselamatannya
dan akhirnya diputuskan beliau dikirim ke kota Al-Bayda’ yang terletak
di tempat yang disebut Yaman Utara yang menjadikannya jauh dari
jangkauan mereka yang ingin mencelakai sang sayyid muda
Disana dimulai babak penting baru dalam perkembangan beliau. Masuk
sekolah Ribat di Al-Bayda’ ia mulai belajar ilmu-ilmu tradisional
dibawah bimbingan ahli dari yang Mulia Al-Habib Muhammad bin ‘Abdullah
Al-Haddar, semoga Allah mengampuninya, dan juga dibawah bimbingan ulama
madzhab Shafi‘i Al-Habib Zain bin Smith, semoga Allah melindunginya.
Janji beliau terpenuhi ketika akhirnya ia ditunjuk sebagai seorang guru
tak lama sesudahnya. Ia juga terus melanjutkan perjuangannya yang
melelahkan dalam bidang Da‘wah.
Kali ini tempatnya adalah Al-Bayda’ dan kota-kota serta desa-desa
disekitarnya. Tiada satu pun yang terlewat dalam usahanya untuk
mengenalkan kembali cinta kasih Allah dan Rasul SAW pada hati mereka
seluruhnya. Kelas-kelas dan majelis didirikan, pengajaran dimulai dan
orang-orang dibimbing, usaha beliau yang demikian gigih mulai
menunjukkan hasil yang besar, mereka tersentuh dengan ajarannya,
terutama para pemuda yang sebelumnya telah terjerumus dalam kehidupan
yang kosong dan dangkal, namun kini telah mengalami perubahan mendalam
hingga mereka sadar bahwa hidup memiliki tujuan, mereka bangga dengan
indentitas baru mereka sebagai orang Islam, mengenakan sorban dan mulai
memusatkan perhatian mereka untuk meraih sifat-sifat luhur dan mulia
dari Rasul SAW.
Sejak saat itu, sekelompok besar orang-orang yang telah mengikuti
beliau mulai berkumpul mengelilingi beliau dan membantunya dalam
perjuangan da‘wah maupun keteguhan beliau dalam mengajar di berbagai
kota besar maupun kecil di Yaman Utara. Pada masa ini beliau mulai
mengunjungi kota-kota maupun masyarakat diseluruh Yaman, mulai dari kota
Ta’iz di utara, beliaupun belajar ilmu dari mufti Ta‘iz Al-Habib
Ibrahim bin Aqil bin Yahya yang mulai menunjukkan pada beliau perhatian
dan cinta yang besar sebagaimana ia mendapatkan perlakuan yang sama dari
Syaikh Al-Habib Muhammad Al-Haddar, sehingga ia memberikan puterinya
untuk dinikahi setelah menyaksikan bahwa dalam diri beliau terdapat
sifat-sifat kejujuran dan kepintaran yang agung.
Tak lama setelah itu, beliau melakukan perjalanan melelahkan demi melakukan ibadah Haji di Mekkah dan untuk mengunjungi makam Rasul SAW di Madinah. Dalam perjalanannya ke Hijaz, beliau diberkahi kesempatan untuk mempelajari beberapa kitab dari para ulama terkenal disana, terutama dari Al-Maghfurlah Al-Qutub Al-Habib ‘Abdul Qadir bin Ahmad Assaqaf yang menyaksikan bahwa di dalam diri ‘Umar muda, terdapat semangat pemuda yang penuh cinta kepada Allah dan Rasul-Nya SAWW dan sungguh-sungguh tenggelam dalam penyebaran ilmu dan keadilan terhadap sesama umat manusia sehingga beliau dicintai oleh Al-Habib Abdul Qadir salah seorang guru besarnya. Begitu pula beliau diberkahi untuk menerima ilmu dan bimbingan dari kedua pilar keadilan di Hijaz, yakni Al-Habib Ahmed Mashur Al-Haddad dan Al-Habib ‘Attas Al-Habsyi.
Sejak itulah nama Al-Habib Umar bin Hafiz mulai tersebar luas
terutama dikarenakan kegigihan usaha beliau dalam menyerukan agama Islam
dan memperbaharui ajaran-ajaran awal yang tradisional. Namun
kepopuleran dan ketenaran yang besar ini tidak sedikitpun mengurangi
usaha pengajaran beliau, bahkan sebaliknya, beliau mendapatkan sumber
tambahan dimana tujuan-tujuan mulia dapat dipertahankan. Tiada waktu
yang terbuang sia-sia, setiap saat dipenuhi dengan mengingat Allah SWT
dan Rasul SAW dalam berbagai situasi dan lokasi yang berbeda.
Perhatiannya yang mendalam terhadap membangun keimanan terutama pada
mereka yang berada didekatnya, telah menjadi salah satu dari perilaku
beliau yang paling terlihat jelas sehingga membuat nama beliau tersebar
luas bahkan hingga sampai ke Dunia Baru.Negara Oman akan menjadi fase
berikutnya dalam pergerakan menuju pembaharuan abad ke-15. Setelah
menyambut baik undangan dari sekelompok Muslim yang memiliki hasrat dan
keinginan menggebu untuk menerima manfaat dari ajarannya, beliau
meninggalkan tanah kelahirannya dan tidak kembali hingga beberapa tahun
kemudian.
Bibit-bibit pengajaran dan kemuliaan juga ditanamkan di kota Shihr di
Yaman timur, kota pertama yang disinggahinya ketika kembali ke
Hadramaut, Yaman. Disana ajaran-ajaran beliau mulai tertanam dan
diabadikan dengan pembangunan Ribat Al-Mustafa. Ini merupakan titik
balik utama dan dapat memberi tanda lebih dari satu jalan, dalam hal
melengkapi aspek teoritis dari usaha ini dan menciptakan bukti-bukti
kongkrit yang dapat mewakili pengajaran-pengajaran di masa depan.
Kepulangannya ke Tarim menjadi tanda sebuah perubahan mendasar dari
tahun-tahun yang ia habiskan untuk belajar, mengajar, membangun mental
agamis orang-orang disekelilingnya, menyebarkan seruan dan menyerukan
yang benar serta melarang yang salah. Dar-Al-Mustafa menjadi hadiah
beliau bagi dunia, dan di pesantren itu pulalah dunia diserukan. Dalam
waktu yang dapat dikatakan demikian singkat, penduduk Tarim akan
menyaksikan berkumpulnya para murid dari berbagai daerah yang jauh
bersatu di satu kota yang hampir terlupakan ketika masih dikuasai para
pembangkang komunis. Murid-murid dari Indonesia, Malaysia, Singapura,
Kepulauan Comoro, Tanzania, Kenya, Mesir, Inggris, Pakistan, Amerika
Serikat dan Kanada, juga negara-negara Arab lain dan negara bagian di
Arab akan diawasi secara langsung oleh Habib Umar bin Hafiz. Berdirinya
berbagai institusi Islami serupa di Yaman dan di negara-negara lain
dibawah manajemen Al-Habib Umar akan menjadi sebuah tonggak utama dalam
penyebaran Ilmu dan perilaku mulia.
Habib ‘Umar kini tinggal di Tarim Yaman, dimana beliau mengawasi
perkembangan di Dar al-Mustafa dan berbagai sekolah lain yang telah
dibangun dibawah manajemen beliau. Beliau masih memegang peran aktif
dalam penyebaran agama Islam, sedemikian aktifnya sehingga beliau
meluangkan hampir sepanjang tahunnya mengunjungi berbagai negara di
seluruh dunia demi melakukan kegiatan-kegiatan mulianya.
Sumber: http://majelisalanwar.com
No comments:
Post a Comment